Oleh: Umma Azura
JIKA penulis-penulis sekuler bebas-bebas saja menulis pikirian-pikiran ‘liar’ mereka lalu mengapa penulis yang berusaha menulis sesuai tuntunan agamanya dicibir?
Di labelinya lah di sepenulis sok religius, mencari-cari simpatik di FB, sok baik lah, sok dan seterusnya. Saya ngak mengerti fenomena ini, mau mencari simpatik siapa? Yang ngaku religius siapa? Yang orang baik itu siapa?
Lalu kau sebut apa penulis-penulis Syiah yang berusaha mensyiahkan otak pembacanya? Yang sekuat tenaga menggerus akidah saudara seimanmu? Kausebut apa?
Baca
artikel selengkapnya di PADANG
KARBALA tafhadol
Kaukatain apa para penulis liberal yang menempatkan agama mereka di urutan sekian dan mengotak-atik aturan agama sesuai dengan otaknya? Kaukatain apa?
Jika kemudian kau melihat seseorang itu sebelumnya barangkali tidak sama dengan hari ini, tapi bukankah orang yang hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung?
Jadi apa salahnya jika kau mendapatinya berubah menjadi lebih taat dari sebelumnya?
Bukankah jika kemarin dia belum mengenal sunnah lalu hari ini dia mulai mempraktikkan yang diperintahkan nabi itulah sebuah kemajuan? Lalu mengapa kau mencibir? Kau cari-cari kekurangannya. Kau terus berusaha menemukan salahnya.
Tentu saja akan banyak kekurangan, ada banyak salah. Penulis itu bukan nabi. Hanya manusia biasa. Sungguh jauh dari kesempurnaan.
Dan, yang paling aneh ada orang yang masih aja senang repot mengurusi orang yang penuh kekurangan dan kesalahan itu. Bahkan status belum menikahpun jadi masalah juga buatmu, jadi celah makianmu. Heran sungguh heran bukankah ada baiknya rumah tanggamu yang kauurus dengan baik?
Post A Comment:
0 comments: